BANGKINANG.bappeda.kamparkab.go.id
Pariwisata dan waduk PLTA merupakan dua isu strategis di Kecamatan XIII Koto Kampar. Banyak objek pariwisata yang bisa dikembangkan di kecamatan XIII Koto Kampar yang bisa berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat.
Demikian disampaikan Camat XIII Koto Kampar Rahmad Fajri, S.STP kepada bappeda.kamparkab.go.id, Jumat (8/11/2019). “Berbicara XIII Koto Kampar, kita tidak terlepas bicara tentang Pariwisata,” ujarnya.
Kecamatan XIII Koto Kampar memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Ada namanya objek wisata Ulu Kasok, Gulamo, Puncak Kompe, Tepian Mahligai, Candi Muara Takus, Danau Rusa dan sederet objek wisata lainnya. “Tentu hal ini menjadi potensi untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Disampaikan Rahmad Fajri, bahwa sebagian besar objek wisata di Kecamatan XIII Koto Kampar ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat yang dibina oleh dinas pariwisata Kabupaten Kampar. “Harapan kita dalam pengukuhan Pokdarwis ini tentu diikuti dengan landasan terendah AD/ART dan Perdes sehingga tidak ada persoalan lagi muncul ketika pariwisata berhasil,” ujarnya.
Camat mencontohkan beberapa objek wisata seperti Ulu Kasok, Tepian Mahligai, ketika pengunjung sudah mulai meningkat muncul persoalan kaplingan atau pembagian dalam pengelolaan. “Untuk itu kedepan Pokdarwis tidak hanya sekedar dibentuk saja tapi diberi landasan sampai ADT/ART, sehingga tidak memunculkan persoalan,” harapnya.
Kalau muncul persoalan pihak kecamatan hanya bisa sebatas menghimbau atau memfasilitasi tapi tidak bisa intervensi karena lahan tersebut lahan mereka. “Kita hanya bisa menghimbau atau mendorong. Harapan kita, kedepan bagaimana pariwisata di daerah ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pengelolaan yang baik tanpa menimbulkan masalah,” ujarnya.
Camat XIII Koto Kampar Rahmad Fajri bersama Gubernur Riau Syamsuar
Disampaikan Camat bahwa pelayanan dan keramahan pengelola kepada pengunjung juga sangat menentukan maju mundurnya pariwisata di suatu daerah. “Pengelola itu dituntut bisa ramah dan melayani dengan baik sehingga pengunjung betah dan berkeinginan untuk kembali berkunjung kesana di waktu yang akan datang,” ujarnya.
Isu kedua, selain pariwisata adalah terkait keberadaan objek vital PLTA Koto Panjang di waduk PLTA Koto Panjang. Listrik PLTA Koto Panjang ini memasok listrik untuk tiga Provinsi, Riau, Sumbar dan Sumut. “Listrik PLTA ini menyangkut kepentingan tiga provinsi,” ujarnya.
Permasalahannya sekarang adalah adanya kerambah ikan milik warga yang hanya berjarak lebih kurang 300 meter dari pintu Dam PLTA. Akibatnya limbah kerambah yang berasal dari pakan ikan itu menimbulkan endapan dan sedimen yang bisa merusak turbin.
Oleh sebab itu camat berharap dinas terkait bisa memfasilitasi untuk memindahkan kerambah ikan tersebut. Perlu ada kesepahaman dan kerjasama dengan pemilik kerambah agar pemilik kerambah bisa memindahkan kerambah sejauh 3 KM dari pintu Dam. “Penertiban ini perlu kerjasama dengan difasilitasi Dinas/Instansi terkait,” ujarnya.
Ditegaskan Camat, kalau ini dibiarkan akan bisa mengancam pasokan listrik untuk tiga provinsi. ”Ini persoalan serius yang perlu kita sikapi secepatnya,” ujarnya. (Herman Jhoni)